Senin, 27 Desember 2010

opiny

PONSEL SIAGA BENCANA

”Kami sebarkan peringatan itu melalui berbagai moda komunikasi, seperti layanan singkat melalui telepon seluler, faksimile, ke media, juga ke 12 pemerintah daerah, termasuk ke Mentawai melalui DVB (digital video broadcast),” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi.
“Saya siap (sudah) makan, baru mau tidur,” papar Iram, yang bekerja sebagai tenaga pengamanan, mengawali ceritanya soal bencana Mentawai. Senin malam itu, gempa yang berpusat di kedalaman 10 kilometer pada jarak 78 kilometer arah barat daya Pulau Pagai Selatan, yang hanya dipisahkan selat selebar 1 kilometer dari Pulau Pagai Utara, sekonyong-konyong mengguncang rumah Iram. Nyaris bersamaan, tsunami menggulung rumahnya. Tak ada kesempatan melarikan diri. Dunia Iram berubah gelap.
Bulan Oktober 2010 Indonesia dilanda bencana secara beruntun. Diawali dengan bencana gempa dan tsunami di Mentawai kemudian erupsi gunung Merapi Jogjakarta. Kedua bencana itu menimbulkan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. Tsunami Mentawai memakan korban 456 orang menurut pemerintah Mentawai. Banyaknya jumlah korban disinyalir karena peringatan yang tidak sampai ke warga. Disebutkan kalau beberapa menara pemantau tsunami di pantai Mentawai mengalami kerusakan, sangat ironis jika hal itu terjadi di daerah yang dari awal memang diprediksi rawan gempa dan tsunami. Yang lebih ironis lagi peristiwa gempa dan tsunami baru diketahui oleh pusat (Jakarta) setelah berselang satu hari. Hal ini sangat berlawanan dengan prinsip kedaruratan, dimana harus dilakukan tindakan segera untuk penanganannya.
Banyak korban yang tidak mengetahui atau mendengar alarm tsunami menimbulkan korban sia-sia. Hal ini menunjukkan informasi tidak sampai di masyarakat. Juga komunikasi setelah bencana bahwa ada bencana di Mentawai. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mencatat kekuatan gempa dan mengeluarkan peringatan tsunami, tetapi informasi itu tidak diterima oleh masyarakat.
Berselang satu hari setelah bencana di Mentawai, terjadi letusan gunung Merapi di Jogjakarta. Korban letusan pertama terjadi di desanya Mbah Marijan, Kinahrejo yang memang sudah dihimbau untuk mengungsi, tetapi korban-korban selanjutnya terjadi di radius yang memang sudah dinyatakan bahaya. Selain faktor masyarakat yang tidak mau mengungsi, disini juga pentingnya faktor komunikasi dalam menginformasikan kepada masyarakat untuk mengungsi, bahwa gunung sudah mengeluarkan awan panas, bahwa daerah tempat tinggal sudah tidak aman lagi.
Komunikasi itu Penting
Dengan alat apa menyampaikan informasi tentang kedaruratan bencana kepada masyarakat? Tentunya dengan alat komunikasi yang cepat, murah, dan efektif. Cepat dalam artian informasi dapat diterima oleh masyarakat dengan segera karena keadaan darurat semuanya harus dilakukan dengan cepat. Murah, baik oleh pemberi informasi maupun dari masyarakat. Efektif, bisa langsung diterima oleh masyarakat dengan mudah. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan alat telepon seluler (ponsel). Karena sekarang hampir sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dan sebagian besar sudah memiliki ponsel.
Perkembangan ponsel di Indonesia sangat pesat. Hampir setiap orang tidak dapat lepas dari ponsel, baik di kota maupun di desa. Ponsel sudah bukan merupakan barang mewah lagi. Karena dengan harganya yang beragam yang tentunya berbanding lurus dengan kemampuannya, setiap orang bisa membeli. Fungsi ponsel mulai dari hanya sekedar bisa menelpon dan mengirim pesan sampai sekarang semakin berkembang dan terus berkembang menjadi multitasking untuk merekam gambar dan video, multimedia, dan mengakses internet.
Menurut Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI), hingga Juni 2010 jumlah pemakai telepon seluler di Indonesia mencapai 180 juta pelanggan atau 80% dari total penduduk Indonesia. Jumlah ini menunjukkan bahwa ponsel sudah hampir menjadi kebutuhan pokok penduduk Indonesia, walaupun data diatas tidak dapat menunjukkan sebaran kepemilikan karena tidak jarang satu orang memiliki lebih dari satu ponsel. Tetapi jumlah itu sudah menunjukkan kalau sekarang masyarakat saat ini lebih mudah berkomunikasi dan bertukar informasi. Ditambah dengan adanya jejaring sosial macam twitter dan facebook semakin meningkatkan komunikasi dan pertukaran informasi. Apalagi kedua situs itu dapat diakses langsung dengan ponsel, ponsel yang murah sekalipun.
Peranan Ponsel dalam Situasi Bencana
Informasi yang beredar di dunia maya yang dapat diakses dengan ponsel sangat cepat. Kita bisa tahu misalnya ada bencana di daerah lain di Indonesia. Kita bisa mengetahui status Merapi saat ini, status gunung Bromo saat ini, selain status teman kita di facebook. Apakah kedua gunung itu masih menyemburkan awan panas jadi masyarakat diharapkan tetap waspada dan warga yang rumahnya masih dalam radius bahaya agar tetap berada di pengungsian. Juga ada beberapa gunung yang menunjukkan peningkatan aktivitas yang terus dipantau oleh BMKG. Informasi seperti itu sangat penting untuk diketahui, terutama oleh masyarakat yang akan dan sedang mengalami bencana.
Coba bayangkan jika warga yang berada di pengungsian Merapi bisa mengakses informasi di dunia maya lewat ponsel. Selain juga ada informasi langsung yang diberikan oleh aparat berwenang di daerah pengungsian. Tentu dengan beragamnya alat untuk mendapatkan informasi bagi warga akan menguatkan informasi itu sehingga bisa dipatuhi oleh warga agar aman. Penggunaan ponsel juga sudah dilakukan saat ada warga Merapi yang kembali ke rumahnya untuk memberi makan ternak. Saat situasi sudah dinyatakan bahaya, mereka ditelpon untuk segera kembali ke pengungsian.
Namun banyak warga yang tidak sempat melarikan diri saat awan panas menyapu desa mereka. Ini karena banyak sebab, salah satunya adalah apakah informasi sudah mereka terima. Jika mereka dapat mengakses informasi, mungkin jumlah korban dapat diminimalisir.
Begitu juga dengan bencana yang terjadi di Mentawai. Warga yang malam itu sedang terlelap mengaku tidak mendengar alarm tanda bahaya tsunami. Sebagian dari mereka yang merasakan gempa langsung lari menuju perbukitan. Namun sebagian lagi kembali masuk rumah melanjutkan tidur, mereka inilah yang kemudian menjadi korban. Kembali faktor informasi yang tidak sampai ke masyarakat menjadi alasan.
Bagaimana Solusinya?
Dari cerita diatas dapat dikatakan bahwa informasi sangat penting dan mutlak diperlukan untuk meminimalisir korban bencana. Masyarakat yang dapat mengakses informasi tentang bencana akan lebih siap dalam menghadapi bencana. Ada dua cara, pertama yaitu dengan mengakses situs berita di internet lewat ponsel dan yang kedua dengan menyebarkan pesan singkat.
Cara pertama memiliki keuntungan yaitu masyarakat dapat membaca informasi yang biasanya adalah sebuah berita secara utuh dan mendapat banyak informasi lainnya. Sedangkan kekurangannya yaitu harus memiliki ponsel yang bisa mengakses internet dan mampu mengoperasikannya, dan relatif tidak bisa menjangkau lebih banyak masyarakat untuk informasi yang bersifat segera karena untuk mendapatkan informasi harus terus online.
Cara kedua masyarakat diinformasikan lewat layanan Short Message Service (SMS) yang dimiliki oleh semua ponsel. Seperti kasus bencana di Mentawai, akan lain ceritanya jika warning yang dikeluarkan oleh BMKG bahwa gempa berpotensi tsunami dapat dikirimkan lewat SMS kepada seluruh warga. Selama ini BMKG sering menginformasikan lewat media televisi dan radio. Namun agar lebih tepat sasaran langsung, cepat, murah, dan efektif bisa digunakan lewat SMS. SMS dikirimkan ke daerah yang akan terkena bencana. Cara ini memiliki keuntungan yaitu bisa menjangkau warga tanpa terkecuali karena layanan SMS dimiliki semua ponsel dan bisa langsung diterima.
Informasi sekecil apapun harus segera diinformasikan karena dapat meminimalisir jumlah korban. Untuk menyebarkan informasi lewat SMS diperlukan kerjasama pemerintah yaitu BMKG dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkerja sama dengan semua operator seluler yang ada di Indonesia.
Hal Lain yang Bisa Diinformasikan
Di tengah cuaca ekstrim seperti sekarang ini potensi bencana di tanah air akan lebih tinggi. Hujan yang terjadi terus menerus sering mengakibatkan banjir di wilayah Indonesia. Disini juga peran ponsel sebagai alat untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang daerah yang harus mengungsi, daerah yang harus bersiap menghadapi banjir, kemana harus mengungsi. Informasi seperti itu dapat dikirim melalui SMS dari tim penanggulangan bencana tiap daerah bekerja sama dengan operator seluler. Nah disini merupakan wewenang pemerintah daerah (pemda) untuk memberikan informasi. Diperlukan urutan informasi dari Pemda kepada pemerintah pusat yang akan diteruskan kepada operator seluler yang selanjutnya mengirimkan SMS kepada warga.
Ramalan cuaca juga dapat diinformasikan lewat SMS atau dengan mengakses internet lewat ponsel.
Live streaming juga dapat dilangsungkan. Hasil streaming-an masyarakat dapat disiarkan secara luas. Mereka yang sedang berada di tempat bencana dapat mengabarkan keadaan disana secara langsung dengan menggunakan ponsel yang memiliki kemampuan untuk live streaming dan kemampuan masyarakat yang semakin pintar untuk memaksimalkan fungsi ponselnya. Hasil tayangan langsung itu dapat diakses oleh orang lain melalui situs tertentu yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah. Selain itu masyarakat juga dapat meng-upload video dan gambar tentang bencana yang terjadi di sekitarnya. Tentunya diperlukan situs khusus yang disediakan pemerintah untuk menampung video dan gambar atau dapat dikirimkan ke stasiun TV. Laporan ini bisa diolah kembali dan disiarkan kepada masyarakat dan bisa dijadikan salah satu dasar melakukan tindakan menanggulangi bencana. Dengan kecanggihan teknologi ponsel, video, gambar, dan berita itu dapat diakses langsung oleh masyarakat.
Jadi kita harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dalam bidang telekomunikasi dengan baik agar bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Hal yang diperlukan tentunya ponsel yang mendukung, kemudian untuk mewujudkan alur informasi diperlukan sarana prasarana pemerintah dan jaringan seluler yang memadai. Tentunya juga diperlukan tanggung jawab dari masing-masing pihak yaitu BMKG, Kementerian Kominfo, dan partisipasi seluruh operator seluler di Indonesia.


warung serayu jl.Gunung Sari no 3, br. Ambengan, Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali